Monday, October 06, 2008

himpunan (konon dikala ide-ku kalah dengan banyak orang)

seribu orang bodoh mampu mempengaruhi seorang jenius

contoh; ketika ada seorang maling yang dihukum dengan ditempatkan di sebuah lapangan dan diperlakukan seperti tahanan namun dengan perlakuan yang lebih baik dengan setiap warga memperlakukan maling itu dengan baik dengan harapan perubahan yang lebih membangun. ketika sekelompok orang menciptakan birokrasi, yang dianggap akan mempermudah permasalahan sekelompok orang dengan jalur yang lebih baik.
Masalahnya sekarang, yang aku rasakan di himpunan, dengan berpisahnya geofisika dari himpunan HMGM dari teman-temannya meteorologi dan oseanografi. Kenapa jadi masalah? karena suatu saat Tiga teman inilah yang akan berperan penting dalam kemajuan Indonesia. Bayangan saya adalah ketika dilakukan sebuah penelitian yang melibatkan data oseanografi pada pengamatan meteorologi, dan dengan sebuah badan yang terpisah, hanya akan memperlama proses perolehan data dan birokrasi yang lama. Dibandingkan dengan bersatunya kedua bidang keilmuan itu. Kenapa angkatan muda tidak berani untuk membuat birokrasi sendiri, dan mampu meyakinkan bahwa dengan diberikannya 3ruangan untuk masing-masing bidang keilmuan itu akan lebih menggiatkan kegiatan kemahasiswaan.
Saat ini yang saya lihat adalah kebingungan angkatan muda untuk menentukan sikap mereka dengan pemaparan angkatan atas yang cenderung menghilangkan sisi sejarah dan rasa kemahasiswaan yang selama ini dibangun oleh pendahulu mereka. Dari segi keilmuan kita semua menginginkan independensi untuk mengembangkan dan melakukan apa yang kita harapkan dari bidang keilmuan kita, pertanyaannya apakah selama ini himpunan HMGM tidak menjembatani proses itu? kenapa hanya dengan birokrasi sempit dan musiman dari rektorat mampu mengganti tatanan kemahasiswaan? ganti rektor ganti kebijaksanaan (pasti, tapi apakah harus mengekang kebebasan kemahasiswaan yang membangun -masih berhubungan dengan bidang kemahasiswaan dan profesinya-). Kenapa tidak dibentuk HMGM dengan 3ruangan, ruangan kemahasiswaan Geofisika, ruangan kemahasiswaan Meteorologi, dan ruangan kemahasiswaan Oseanografi, tiga ruangan sangat diperlukan untuk melaksanakan dan menjembatani kebutuhan keprofesian dari masing-masing ilmu, kenapa hanya mahasiswa Mesin, Sipil dan lain-lain yang memiliki ruangan yang lebih besar saja? atau mahasiswa HMGM kurang melobi fakultas untuk mendapatkan ruangan yang lebih banyak, untuk menjembatani kegiatan keprofesian mahasiswa?.
Birokrasi dan kebijakan rektorat yang tidak melihat peluang kebutuhan dari beberapa bidang keilmuan, mengakibatkan kesalahan fatal dalam proses penyaringan penjurusan mahasiswa, tahun 2006 meteorologi tidak mempunyai penerus (alias adik angkatan), tanpa sedikit sentuhan gerakan dari mahasiswa fakultas sedikit lengah. Konon katanya ide oseanografi berpisah dari meteorologi yang keduanya mantan satu himpunan HMGM, adalah karena tidak ada nama atau tersurat dalam nama HMGM kata oseanografi contoh HMGMO, HMOGM, HMMOG, HMGOM, dll; yang paling saya heran konon (konon) ada angkatan laut yang menyarankan untuk dibentuk kemahasiswaan sendiri dari mahasiswa oseanografi -lepas dari HMGM- saran bodoh menurut saya dan lebih bodoh lagi terucap dari sebuah institusi yang diharapkan menjaga kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.... Kenapa harus menyarankan pisah yang sekarang jadi kenyataan, kenapa? (toh juga konon).
Ilmuan sains Indonesia tampaknya masih kurang diberi kepercayaan dari Pemerintah Pusat Republik Indonesia untuk mengembangkan bidang keilmuannya... Kecuali Geologi yang berkembang cukup pesat. Pemerintah sekarang terlalu mengandalkan teknik yang cenderung plug-n-play ...yeah-baby-now-you-feel-the-curse.... dibandingkan dengan sains yang benar-benar mengungkapkan amdal sebelum melakukan plug-n-play ...so-it's-real-comfy-when-u-plug-it-right...
Menurut saya, harus ada seorang teknisi yang didampingi dengan saintis pada setiap lapisan pemerintahan (tidak hanya dibidang pengetahuan saja, namun di semua bidang), tujuannya adalah untuk mengingatkan segala hal dalam menerapkan kebijakan yang akan di terapkan dalam masyarakat.
Pendapat saya mengenai batas antara kejadian alam dan human error yang terjadi dalam kasus LAPINDO; adalah kejadian alam disaat semua pencegahan dalam bidang sains gagal untuk mencegah kerusakan yang lebih parah dari fenomena alam yang sedang terjadi; dan human error adalah ketika ada dugaan bahwa terjadi pemangkasan prosedur dari prosedur yang seharusnya dilakukan untuk mencegah kejadian alam itu terjadi. Singkatnya adalah ketika pertama kali kejadian Lumpur itu tersebar, kuat dugaan bahwa ada salah prosedur dari yang seharusnya dilakukan (efek dari kejadian itu harus ditanggung oleh perusahaan yang bersangkutan) dan setelah lumpur itu merendam sebagian besar Jawa Timur, dan kemudian dilakukan usaha untuk meredam efek fenomena alam (dimana menurut saya pemberian bantuan harus dihentikan dari zona lama untuk dikonsentrasikan kepada warga yang terkena imbas dalam zona baru, dan juga usaha untuk mengurangi dampak fenomena alam itu.
Terus terang dalam penulisan saya ini menitikberatkan kepada perpisahan dari masing-masing bidang keilmuan dari satu himpunan yang menurut saya diakibatkan dari kurangnya rasa kemahasiswaan karena bingungnya angkatan muda dalam birokrasi yang menyesatkan, dan efek dari pemerintah dalam menerapkan sains-teknik bagi kemajuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Nasi Sudah Menjadi Bubur Karena Saya Memang Butuh Itu.

(ok latihan pendapat selesai, masih banyak pikiran yang loncat-loncat)

0 comments:

Post a Comment